Dari Reg Spasi, ke Bintang Pagar

cover buku karya Burhan Shodiq
terbitan Gazzamedia
Ketik REG KEREN
kirim ke 1234
sms yang kamu dapat, langsung dari hp saya 

Pada merasa nggak sih, belakangan di TV kita udah mulai jarang denger kata-kata "Ketik REG spasi". Bukan karena jarang nonton TV, tapi emang belakangan udah nggak ada tuh iklan-iklan begituan. Bandingin deh sama awal-awal wabah itu menyebar, hampir 50% iklan di TV diisi oleh yang begituan, yang nongol  mulai dari dukun, peramal, artis, pelawak, macem-macem deh.

Hampir sepanjang iklan, diisi oleh yang begituan. Gimana nggak kesel coba...

Tapi sekarang liat deh, TV udah bersih dari yang begituan. Yes, iklan TV bebas dari yang begituan!!  Eittss.. jangan keburu seneng dulu. Ternyata si "REG spasi" ini berubah wujud. Mereka tetep ada, tetep setia nongol di TV. Tapi berubah wujud jadi "bintang pagar" 
Ketik *123*45# 
kamu akan mendapat sms balasan dari kami

wah.... kali ini si bintang pagar menjamur nggak kalah hebat dari pendahulunya....

Usut punya usut, asal liat aja. Sebenernya konsep "REG spasi" sama "bintang pagar" ternyata sama. Kalo jeli, kamu bakal liat ada tulisan kecil di bawah tulisan "bintang pagar" yang dicetak pake font gede. Disana ada tulisan "UNREG...". Nah, ini sama dengan yang di "REG spasi". Mereka cuma ganti metode subscribe-nya aja, dari kirim SMS jadi cukup ketik langsung di hp. Nah loh...

Dinasti "REG spasi" ternyata masih berjaya

Penyebab menjamurnya "bisnis" ini bisa ditebak, culture masyarakat Indonesia yang doyan konsumsi mobile-mobile content yang bersifat entertaint. Coba liat deh, hampir semua mobile content yang di-subscribe dengan gampangnya itu. Walau harus mengeluarkan sejumlah uang buat isi pulsa, supaya bisa dapet content-content itu.

Apa artinya lagi? artinya, kita masih kurang produktif. Kita cuma bisa jadi konsumen, konsumen yang begitu gemar mengkonsumsi konten-konten yang sebenarnya kurang bernilai secara ekonomis. Dan parahnya, ini justru terus dimanfaatkan sekelopok orang untuk meraup keuntungan.

Itulah yang dinamakan industri budaya. Nggak bisa dipungkiri, pertumbuhan kepemilikan perangkat seluler begitu pesat. Handphone bukan lagi barang mahal, bisa didapat dengan begitu mudahnya. Ditambah dengan kultur masyarakat yang gemar dihibur, gemar memakai, tapi enggan memproduksi. Itulah yang dimanfaatkan sekelompok orang tadi. Pengguna HP seperti kecanduan, dan mau tak mau harus terus mengisi pulsanya dengan voucher dari provider, untuk mendapat konten-konten entertain. Mereka terus dibuat terbuai, produktivitas menurun....

Lalu kapan kita mau maju??

Haduwh... Indonesia-ku...

Post a Comment

1 Comments

  1. Berubahnya format "reg" menjadi "bintang pagar" menjadikan kecurangan dari layanan ini sulit dicari artikelnya di Internet.
    Kalau "reg" dan sejenisnya bisa dinamakan SMS Premium, lalu yang "bintang pagar" namanya apa ya?

    ReplyDelete

Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims