Satu Bulan dengan Browser Compartmentalization

Terinspirasi dari satu artikel di Medium berjudul "Incognito Mode Won’t Keep Your Browsing Private. Do This Instead." yang ditulis oleh Michael Grothaus, sejak satu bulan ini saya menerapkan Kompartemenalisasi Peramban atau Browser Compartmentalization. Ribet ya bahasa Indonesia-nya.

Baca artikelnya: Incognito Mode Won’t Keep Your Browsing Private. Do This Instead.


Apa itu Kompartemenalisasi Peramban atau Browser Compartmentalization?

Singkatnya adalah teknik memilah-milah peramban internet atau browser sesuai dengan penggunaannya.

Kenapa harus dipilah-pilah?



Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita pahami apa itu mode incognito. Setelah paham apa itu mode incognito, maka itu akan menjadi jawaban kenapa kita perlu memilah-milah browser.


Mode incognito tak sepenuhnya aman!
Untuk sebagian orang, mode incognito pastinya sudah bukan hal asing lagi. Kamu pasti juga sering pakai mode ini, toh? Hayo! Buat browsing apaan?

Mode incognito atau mode penyamaran adalah fitur yang tersedia di browser yang memungkinkan pengguna menjelajah internet secara privat. Dalam mode ini, browser tidak akan menyimpan histori atau riwayat penjelajahan. Setelah browser ditutup, otomatis semua jejakmu akan hilang. Tak terekam! Termasuk data lainnya semacam cookies, informasi password, dll.

Nah, karena canggihnya mode incognito ini, banyak orang mengira mode ini menjamin keamanan mereka selama berseluncur di internet. Gampangnya, nggak akan ada yang tau aktivitas kita di internet, kalo kita pakai incognito.

That's a big NO! Salah besar!

Mode incognito hanya meniadakan perekaman aktivitas kita di internet, hanya di PC kita. Dicatat ya: Hanya di PC kita! 

Percayalah, pada mode ini, Google dan pihak ketiga lainnya, tetap akan bisa memantau aktivitasmu di internet. Termasuk perusahaan tempat kamu bekerja. Kalo perusahaanmu menerapkan kebijakan melarang aktivitas tertentu di internet, dan mereka terus memantaumu, kamu nggak akan bisa sembunyi dibalik mode incognito.

Nah loh! Yang suka nonton drakor di kantor saat jam kerja pakai mode incognito, bertaubatlah!

Well, sebenarnya Google sudah beri informasi yang jelas di browser mereka saat incognito diaktifkan. Perhatikan pada gambar di atas, disana jelas tertulis: Going incognito doesn't hide your browsing from employer, your Internet Service Provider or the website that you visit. Jadi cukup jelas ya.

Beralih ke Browser Compartmentalization
Karena alasan itu lah akhirnya saya beralih ke Browser Compartmentalization. Browser Compartmentalization bukan lah software. Browser Compartmentalization adalah teknik memilah-milah browser sesuai kegunaannya.

Menurut Grothaus di artikelnya, sebaiknya browser dibagi menjadi 2 bagian sesuai fungsinya. Browser pertama disebut account browser. Browser ini fungsinya untuk aktivitas di internet yang mengharuskan login atau sign-in dan butuh keamanan. Misalnya untuk aktivitas perbankan dan e-mail. Lalu browser kedua disebut everyday browser. Browser ini digunakan sehari-hari untuk aktivitas browsing biasa.

Saya sendiri pakai Brave (dikembangkan dari Chromium) sebagai account browser. Dan kembali menggunakan Mozilla Firefox (setelah sekian lama) sebagai everyday browser.

Buat kamu yang fans berat Google Chrome, artikel ini merekomendasikan untuk tidak menggunakan Google Chrome, baik sebagai account browser maupun everyday browser. Sorry to Google!

Selengkapnya mengenai teknis Browser Compartmentalization, silakan baca di artikel Grothaus pada link yang saya tuliskan di atas.

Ganti mesin pencari menjadi DuckDuckGo
Grothaus menyarankan untuk tidak melakukan pencarian di account browser. Untuk jaga-jaga, baiknya mesin pencari default diganti, dari Google menjadi DuckDuckGo.


Apa lagi itu DuckDuckGo?

Pasti nggak banyak orang yang tau. Saya pun baru tau setelah lihat teman dari Leicester gugling bukan dengan Google, Yahoo, atau mesin pencari lain yang lazim kita kenal. Dia pakai DuckDuckGo! Saya sih nggak kepo. Baru setelah baca artikel Grothaus, saya keingat si Leicester, dan akhirnya ikut-ikutan ganti ke DuckDuckGo.

DuckDuckGo adalah mesin pencari yang tidak merekam histori pengguna. Jadi apapun yang kita cari, tidak akan direkam, baik di lokal PC kita ataupun oleh DuckDuckGo sendiri. Tidak ada namanya histori pencarian. So, ini mendukung sekali prinsip Browser Compartmentalization.

Kesan saya?
Setelah sebulan menerapkan Browser Compartmentalization, kesan yang saya dapatkan adalah saya jadi merasa lebih peduli dengan keamanan dan privasi selama berinternet. Ada kesadaran bahwa orang lain bisa saja memantau aktivitas saya di internet. Dengan Browser Compartmentalization, setidaknya bisa sedikit meminimalisir kekhawatiran itu.

Awalnya pasti akan terasa kikuk karena harus pakai 2 browser. Apalagi saya selama ini pakai 1 browser untuk semua aktivitas, dengan puluhan tab terbuka. Tapi akhirnya setelah 1 bulan, saya terbiasa juga.

Tidak adanya riwayat atau histori penelusuran juga sedikit membutuhkan adaptasi. Saya termasuk yang sering mengandalkan catatan histori di browser untuk membuka kembali laman web yang sempat dibuka sebelumnya. Dengan tidak adanya histori, tentunya jadi kesulitan sendiri bagi saya di awal penerapan browser compartmentalization ini.

Hal lain yang paling kentara adalah penggunaan DuckDuckGo sebagai mesin pencari. Dari segi hasil pencarian, rasanya DuckDuckGo masih kalah dari Google. Blog ini pun belum muncul disana. Padahal di Google, dengan hanya mengetikkan "bangkoor", blog ini sudah muncul di halaman pertama.

Untuk membiasakan diri, akhirnya saya install juga DuckDuckGo di handphone saya.

DuckDuckGo saya install di handphone saya menggantikan Google
Hal lain lagi adalah saya jadi terbebas dari popup-popup liar berisi iklan dan jebakan betmen lainnya.

Gimana? Tertarik coba? Yuk beralih ke Browser Compartmentalization. Memang teknik ini nggak sepenuhnya mengamankan privasi kita saat berinternet. Tapi setidaknya kita sudah mempersulit banyak pihak yang berpotensi memanfaatkan rekam jejak kita di internet secara tidak bertanggungjawab. Ih serem.

Post a Comment

0 Comments