Sering aku baca atau denger kata-kata yang agak asing di telinga. Mungkin karena emang aku jarang pake kata-kata itu, atau memang kata-kata itu baru membudaya. Beberapa kata yang sebenarnya aku tau artinya, sering banget terdengar atau terbaca. Tapi tetep aja terdengar asing...
Well. Beberapa kata itu adalah....
nomer (versi lain dari "nomor")
kamer (versi lain dari "kamar")
semuga (versi lain dari "semoga")
bekel (versi lain dari "bekal")
gude (versi lain dari "gede")
cuba (versi lain dari "coba")
Pernah donk denger kata-kata itu. Atau bahkan lebih sering pake versi "modifikasi" ketimbang kata versi aslinya? Aku sih lebih sering pake versi aslinya.
Lalu, apa sebab aku merasa asing dengan kata-kata itu?
Satu alasan yang mendekati masuk akal adalah faktor budaya. Aku terlahir dari keluarga dan lingkungan berbudaya Sumatera yang cenderung keras. Walaupun ber-ayah seorang Jawa, budaya keseharian di keluarga tetap budaya Sumatera. Lalu sekarang aku hidup di lingkungan budaya Jawa yang cenderung lebih lembut. Nah, hubungannya dengan kata-kata di atas, budaya Jawa sedikit memodifikasi kata-kata versi asli menjadi kata baru dengan merubah vokalnya. Versi asli dari kata-kata di atas menurutku terdengar lebih "keras" karena vokal yang digunakan. Coba bandingkan dengan kata versi modifikasinya. Menurutku sih terdengar lebih lembut. Lebih menarik lagi, budaya bahasa Sumatera tidak menggunakan kata "gede", orang Sumatera lebih memilih kata "besar" yang punya arti sama. Kata "besar" terdengar lebih keras ketimbang kata "gede".
Tunggu dulu, ada hal unik lainnya. Masuknya budaya Jawa ke lingkungan Sumetera juga membawa hal unik. Hak unik yang pernah aku temukan adalah berubahnya kata "pecel" menjadi "pecal". Pelakunya adalah pedagang pecel sayur (gado-gado) yang merupakan seseorang bersuku bangsa minang. Aih, nampaknya si uni lebih suka kata "pecal" ketimbang "pecel". Hehe...
Dibalik kata-kata yang aku rasa asing itu, ada beberapa kata modifikasi yang sering aku pakai. Kata-kata seperti "cepet" (dari kata "cepat"), "dapet" (dari kata "dapat"), dan "laper" (dari kata "lapar"). Untuk kata-kata itu, aku emang lebih suka pakai kata versi aslinya, karena terdengar lebih cair.
Nah, kalo temen-temen sendiri, lebih suka pake yang mana? Kamar atau kamer?
p.s.
Ternyata, kata "kamer" itu adalah kata versi asli dari Bahasa Belanda, yang lalu dimodifikasi menjadi "kamar" dalam Bahasa Indonesia
13 Comments
"1. Sering aku baca atau denger kata-kata yang agak asing di telinga.
ReplyDelete2. Tapi tetep aja terdengar asing..." hihi
Kalau aku tergantung berbicara dimana dan dengan siapa.....di forum resmi aku pake versi baku...klo bhasa sehari2 ya bahasa informal...campur2...
Hahaha.. tanpa sadar tuh mas... tapi untuk kata-kata yang aku sebut, aku emang lebih prefer kata aslinya
Deletesaya terbiasa pakai kata-kata baku kalau dalam bahasa tulis. kalau bahasa lisan campur-campur. tapi jarang sekali bilang "loe" "gue" hehe.
ReplyDeleteSama mbak. Aku juga nggak pernah pake "gue" "loe" kalo dalam percakapan lisan. Kalo sms mungkin sering ke beberapa orang
DeleteBelum pernah pake kata "kamer".
ReplyDeleteKalau sehari2 sih, campur2, kdg baku kdg suka2, tergantung yg terlontar apa. XD
Tapi harus diakui, kadang pake bahasa baku itu berasa kaku banget... iya nggak sih?
DeleteYang penting ga kejaohan aja om, dan jangan sampe hasil modifnya malah ambigu XD
ReplyDeleteBtw blogger di Sumatera bakal jadi Bloggar ga ya XD
Huih... ya nggak segitunya juga kali om...
DeleteBingung bahasa indonesia mulai dirancuh2kan.Seharusnya ketika berbicara dan menulis diutamakan bahasa yang tepat. :)
ReplyDelete"dirancuh2kan"?
DeleteBetul, diutamakan bahasa yg tepat, disesuaikan kondisi. lain kondisi bisa lain gaya percakapan...sudah umum bahasa informal menjadi bahasa yg membuat lebih "akrab"...
Yap. Setuju sama mas danang. Nggak selamanya bahasa yang tepat (dalam hal ini bahasa baku) bisa terdengar nikmat di telinga...
Deletewew... aku baru denger deh ada kata kamer.
ReplyDeleteeh, denger seharusnya dengar yak? Hihihihi..
Kalau pecel di Pontianak seh nyebutnya emang pecal, pecel malah kedengarannya aneh ditelinga aku :D
Eumm... Pontianak kan melayu juga ya mbak? yah nggak jauh-jauh sama sumatera lah...
DeleteKalo aku yang keturunan jawa sih justru lebih familiar dengan pecel mbak...
Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims