Pengemis dan Pengamen (Pelajaran 240111)


Suatu hari, aku lagi makan siang di sebuah tempat makan yang lumayan rame. Waktu itu sekitar jam dua siang. Setelah memesan, aku duduk menunggu. Tak lama kemudian, pesananku datang. Segera kulahap, lele penyet plus tahu goreng kesukaanku.

Selang beberapa suap, seorang lelaki tua datang. Hanya berdiri di depan pintu masuk, ia mengucap salam. 
"Assalamualaikum..."
seorang ibu yang tampaknya seorang mahasiswa pascasarjana menyahut,
"Maaf ya pak..."
Si bapak tua hanya berdiri, terdiam. Menunggu beberapa saat, sebelum akhirnya pergi setelah si pemilik warung makan memberi yang ia inginkan.



Pelajaran hari itu, dengan hanya ucapan salam, seseorang bisa mengutarakan keinginannya.

Beberapa menit aku memikirkan hal itu, sambil terus mengisi mulut dengan lele penyet dan lalapannya. Sampai akhirnya datang seorang lelaki, umur sekitar 23 tahun. Membawa gitar, dan dengan itu bisa ditebak apa yang ingin ia lakukan.

Alunan musik dari si lelaki terdengar, mengisi ruangan. Ibu-ibu yang semula berkicau dengan obrolannya, kini mulai terdiam, menghormati si lelaki. Seketika seorang ibu merogoh tasnya, mencoba mencari uang kecil, lalu ia berikan kepada si lelaki. Dan seketika itu juga alunan musik berhenti, seiring dengan mendaratnya uang kecil di tangan si lelaki. Segera setelah itu juga, si lelaki pergi meninggalkan ruangan.

What? ini kah yang disebut profesional? Dia hanya mengharapkan uang kecil, dan ketika itu ia dapatkan, walau ia belum melakukan tugasnya secara penuh, semudah itu kah ia pergi?

Pengamen juga harus profesional donk. Pengamen itu profesi yang menjual layanan hiburan. Kalo imbalan sudah di dapat, bukan berarti layanan terhenti donk. Minimal selesaikan dulu satu lagi.

Satu yang kadang bikin ketawa, baru juga genjreng gitar sekali, trus ada yang ngerogoh kantong, eh genjrengan berhenti. Begitu duit dikasih, pergi deh, tanpa ucapan apa-apa.

Tapi nggak semua pengamen kyk gitu kok. Beberapa banyak yang profesional. Mereka datang dengan mengucap salam khas seorang pengamen. Lalu pergi dengan mengucap kata-kata penutup juga khas seorang pengamen. Dan hebatnya, mereka profesional, nggak akan pergi sebelum lagu selesai, walau duit sudah di tangan.

Sebagai yang dilayani si pengamen juga harus profesional. Jangan kasih imbalan kalo si pengamen nggak menjalankan tugasnya dengan baik. Jangan beri imbalan cuma karena nggak suka denger suara si pengamen, trus supaya si pengamen cepet pergi. Kalo ini anda lakukan, secara tidak langsung anda mendukung si pengamen untuk tidak profesional. Biarkan si pengamen melakukan tugasnya hingga selesai. Kalo memang nggak cukup bagus, ya jangan kasih imbalan, atau setidaknya kasih uang lelah. Tapi kalo memang bagus, ya berilah apresiasi. Kasih imbalan bukan hanya uang lelah. Ingat! Kepuasan konsumen adalah tanggungjawab produsen, dan konsumen harus membayar semua itu. Itu baru profesional.

Pelajaran tambahan, pengamen juga harus profesional.

p.s. Posting ini diunggah sore hari sebelum fieldtrip Magenta45. Bakal lama meninggalkan blog ini. Berharap bisa menemukan sinyal WiFi di lokasi nanti ^^

Post a Comment

2 Comments

  1. wah saya termasuk pendengar pengamen yang tidak profesional

    ReplyDelete
  2. Pengamen di sekitar IPB perlu kita sosialisasikan tentang hal ini gan? :D

    ReplyDelete

Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims