Ini dia, malem takbiran. Males keluar ah... Tiduran aj di rumah :p
Suasana malam takbiran juga nggak terlalu rame kok. Biasa aja. Cuma ada beberapa rombongan anak-anak naek mobil pawai takbir. Selepasnya nggak ada lagi.
Jumat, 10 September
Takbir berkumandang. Seruannya menggema sampai seantero negeri. Semua orang yang pada KTPnya bertuliskan "islam" mengumandangkan kalimat yang mengagung-agungkan nama Allah itu.
Inilah hari yang ditunggu jutaan muslim di dunia. Hari dimana semuanya bersuka cita setelah meraih kemenangan melawan hawa nafsu selama satu bulan lamanya.
Aktivitas pertama yang Aku lakuin, mandi, makan lontong dulu, trus langsung meluncur ke masjid untuk shalat id.
Selepas shalat, ngikutin tradisi, sungkeman dulu (hehe.. biasa jg nggak kyk gini ^^).
Ada yang sedikit ganjil terjadi. Tau apa yang Aku kerjain di hari pertama lebaran? Tidur.. hehe.. (kyknya post ini jd kebanyakan tidurnya.. hehe). Hari itu emang mulai dari jam 9 sampe sebelum dzuhur. Kebangetan banget deh... Emang ngantuk banget, jadi jangan salahkan hamba kalo tidur ^^ Tamu pertama yang dateng cuma si iwan dan si tika yang ngakunya juga baru bangun setelah tadi juga cuma tidur. Ouw God. Suasananya juga mendukung untuk tidur. (jangan ditiru deh ^^)
Sabtu, 11 September
Hari peringatan serangan yang dikenal dengan "Nine Eleven". Bodo amat ah, nggak mau mikirin yang gituan. ^^
Schedule hari ini, cabut ke Muara Enim bareng keluarga. Ini pertama kali jalan bareng keluarga setelah sekian lama. Tempat pertama yang dikunjungi, kediaman uwak/pakde di Palembang. Satu yang bikin aku kepikiran, si pakde tega-teganya tanya hal-hal yang berhubungan dengan akademik, terutama IPK. Haduuwwhh... apa yang mau dijawab... cuma satu kalimat bernada pasrah dan agak aneh terdengar di telinga, "wak, jangan tanya masalah itu dunk..." ^^
Selepas dari kediaman uwak, petualangan berlanjut. Kali ini hal yang tak diiginkan terjadi. Macet gila!! Ratusan kendaraan padat merayap di sepanjang jalur Musi II sebelum perempatan Jakabaring. Jalur lingkar luar Palembang yang biasanya menjadi jalur favorit pemudik karena bebas macet ini ternyata begitu padat hari itu. Para pengemudi yang nggak sabaran ngantri dengan seenaknya nyerobot. Akibatnya bisa ditebak, kemacetan bertambah parah. Tak dinyana, penyebab utama kemacetan adalah matinya traffic light di perempatan Jakabaring. Menumpuknya kendaraan, pengemudi yang ngawur, ditambah lagi tidak adanya polisi yang dengan rela bertugas mengorbankan hari liburnya, semakin memperparah keadaan. Beruntung ada beberapa lelaki yang tampaknya punya rasa sedikit peduli menyikapi kejadian ini. Mereka rela mengorbankan waktunya untuk mengatur lalu lintas di sekitar perempatan tempat kemacetan terjadi. Tentunya tanpa meminta pamrih. Tak beberapa lama, kami akhirnya keluar dari gerombolan yang cukup membuat kaki ayahku pegal menekan pedal kopling. Fffiuhhh...
Tiba saatnya makan siang. Sebelum masuk ke kotamadya Prabumulih,
Bener aja, sepanjang jalan kami cuma nungguin, dimana sih ni rumah makan "Tahu Sumedang Renyah" dengan segala menu yang ditawarkan. Setelah sampai di papan yang dikira terakhir, karena ada tulisannya "100 m lagi", dan sampe ke papan terakhir yang nggak ada tulisan jarak lagi. Yakinlah kami kalo rumah makan yang memang rame banget ini adalah yang bertanggungjawab terhadap rasa penasaran kami. Belok dan parkirlah kami di lapangan parkirnya. Rencana makan siang sebelumnya mau makan bakso harus dibatalkan, gara-gara papan-papan yang bikin penasaran tadi ^^
Ternyata bener juga, masakannya lumayan bikin nafsu makanku mengganas. Aku pesan ayam gepuk 1 porsi dengan harga yang sedikit nggak sesuai dengan kantong mahasiswa. Hehe... lumayanlah... mumpung lagi cuti jadi mahasiswa ^^
Setelah perut penuh dengan ayam gepuk plus nasi timbel, ditambah lagi dengan tahunya, dengan katalis es teh manis, perjalanan dilanjutkan kembali. Sumpah dah, maknyuss.... ^^
Cuma ada satu kritik buat ni rumah makan, toiletnya benerin donk. Masa bikin tulisan "Mohon disiram" di dalem toilet, tapi nggak nyediain gayung. Cuma ada kran kecil yang jaraknya nggak menjangkau kloset. Gimana mau nyiram?? wajar aja kalo toiletnya nggak sesedap masakannya. Trus musholahnya juga. Kalo bisa dirawat donk.
Singkat cerita, sampai di kediaman nenek sekitar jam 3 sore. Setelah melaui perjalanan selama sekitar 2 jam. Di kediaman nenek udah ada beberapa keluarga yang ngumpul. Jujur, aku udah agak lupa. Wajar aja, terakhir ketemu aku masih kecil, udah lama banget. Suasana lingkungan sekitar kediaman nenek nggak berubah. Cuma terkesan agak lebih sempit. Mungkin karena pengaruh lama nggak kesana aja. Tetap dengan suasana khas
Minggu, 12 September
Bangun pagi agak terasa sakit di lengan sebelah kiri. Penyebab utama diduga karena aku salah posisi tidur semalam. Tidur di lantai dengan hanya beralaskan karpet karet. Yah, nggak heran sih.
Jadwal hari ini, ziarah ke makam kakek, nenek, dan beberapa sanak saudara lain. Komplek pemakamannya tetep nggak berubah, nyaris sama seperti saat aku kunjungi beberapa tahun yang lalu. Tetap dengan suasana angker yang sangat. Efek gelap akibat rindangnya pepohonan besar masih nampak terlihat. Ni komplek makam emang nggak ada yang ngerawat kali ya. Nggak sedikit makam yang tampak bukan selayaknya makam, tertutup semak belukar. Kemana larinya keluarga yang ditinggalkan ni. Makam kakek sudah sedikit bersih, karena sudah ada yang ziarah disini sebelum kami. Kami hanya bersih-bersih sedikit, lalu membacakan doa.
(to be continued...)
Next:
0 Comments
Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims