[Siapa aja yang baca tulisan ini boleh ketawa, meringis, ataupun ngeledek. Kok masih ada ya di tahun 2011 ini orang yang baru kenal dengan Twitter...]
Ya, orang itu adalah aku.
Namaku sudah tertahta dalam salah satu field username di database Twitter.com entah sejak kapan. Tapi yang mengisi timeline-ku selama ini cuma dari feed-feed blog ini, tembusan dari Koprol yang sengaja aku set tampil di Twitter, dan sisanya cuma kicauan-kicauan asal yang terbit saat aku mulai bosan dengan birunya Facebook.
Alasanku untuk tidak terlalu berhasrat ikut menyertakan username-ku terbawa arus timeline Twitter adalah lebih pada metode penggunaan Twitter yang bagiku kurang nyaman. Mulai dari banyaknya kode-kode yang nampak di mata (misal. "@", "#", "RT"), timeline yang kurang teratur (bagiku sistem thread pada Facebook dan Koprol masih lebih nikmat dilihat), hingga satu alasan yang paling kuat: menurutku, Twitter kurang bernilai sosial.
Untuk alasan yang terakhir, ada satu anekdot yang baru aku dengar dari salah seorang sahabat. Jika Facebook adalah jejaring sosial, maka Friendster adalah jejarang sosial, dan Twitter adalah jejurang sosial. Ya, Friendster dipelesetkan menjadi jejarang sosial karena popularitasnya makin menurun dibanding jejaring sosial lainnya. Hingga makin jarang pengunjung ataupun user yang berkunjung ke profil Friendster-nya. Sedangkan julukan jejurang sosial disandangkan pada Twitter karena alasan tingkat sosial jejaring 140 karakter ini yang kurang. Faktor terbesarnya adalah sistem follow yang diterapkan. Saat satu user (A) 'mengikuti' user lain (B), maka A dapat mendengar seluruh kicauan si B. Namun celakanya jika si B tidak 'mengikuti' si A, maka setiap kicauan si A tidak akan terdengar oleh si B. Inilah yang mungkin menimbulkan adanya jurang sosial, hingga akhirnya julukan jejurang sosial disandang oleh Twitter.
Dengan alasan itu aku berpikir, mungkin akan sulit bagiku untuk mulai berkarir di dunia Twitter...
Sampai dengan beberapa saat yang lalu, aku mengenal salah satu situs yang bisa mengeliminir salah satu kendala bagiku untuk berkicau di Twitter. Tuitwit.com menjadi penarik bagiku untuk mulai berkicau. Situs ini mempermudah interaksi dengan user lain, dengan adanya tombol RT yang mempermudah user me-retweet kicauan user lain dengan mengutip kembali ocehannya. Dan sampai dengan saat ini, situs resmi Twitter belum memiliki itu. Retweet yang ada di situs resmi Twitter hanya memungkinkan bagi seorang user untuk mengutip tweet user lain tanpa bisa memberi komentar langsung. Mungkin akan mudah bagi mereka yang secara intens berinternet ria dengan menggunakan perangkat komputer. Tapi, aku tetap saja aku yang lebih sering berselancar dengan perangkat handset mobile sederhana yang tentu akan sulit untuk mengutip tweet user lain.
Tapi apalah itu, ocehanku kini mulai menghiasi timeline Twitter.
Rela mendengar kicauanku?
Tapi apalah itu, ocehanku kini mulai menghiasi timeline Twitter.
Rela mendengar kicauanku?
7 Comments
yampun pa... kemana aja? hahay
ReplyDeleteHahaha, saya pengen ketawa tapi ngga bisa. Alhasil tertawa hanya karena sebutan 'Jejurang Sosial'. Batu kali ini dengar....
ReplyDeleteSilahkan follow saya ya hehheee *malah ngiklan* @giewahyudi
ReplyDeletehahahha...............aku justru baru mau ikutan tiw..........heheh
ReplyDeletesalam persahabatan
ehehe.
ReplyDeletedulu aku sering banget berkico disono...
ehh tapi sekarang udah jarang :D
kunjungan perdana mas, memang itulah kekurangan dari twitter, karakter hanya 140 yg menurut para penggunanya kurang.
ReplyDeleteYou'll like it, dude.. -TwitterAddict-
ReplyDeleteDear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims