Wordless Wednesday #5: Lampu Merah

Selayaknya anak rantau dari kampung yang kembali ke tanah rantau, kota yang ramai dengan segala aktivitas dan kesibukan. Lampu merah menjadi salah satu culture shock yang harus kembali dirasakan.

Kembali harus 'mengagumi ketertiban' para warga kota besar di jalan raya. Yang membuatku bingung apakah harus kagum atau justru mengelus dada karena sikap 'disiplin' mereka.




Post a Comment

17 Comments

  1. jangankan nunggu kuning. lampu masih angka berapa aja ud pada maju tuh motor

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah! Iya iya iya! Betul tuh qied. Kadang suka kesel juga, udah tepat berhenti di garis zebra cross, eh yang di belakang klakson2 aja nyuruh maju. Padahal masih 30 detik lagi

      Delete
  2. merah itu tetap stop lhoo ..haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas. Semua warna juga nanti jadinya stop. Itu terjadi nggak lama setelah semuanya menganggap merah adalah jalan

      Delete
  3. hahahhahaha sindiran kekekek....

    ReplyDelete
  4. Tapi tenang mas, insya Allah diluar sana masih banyak kok yang tertib akan peraturan rambu lalu lintas. me ? kadang masih ngelanggar kalau dalam keadaan kepepet :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang aku juga jadi terpaksa melanggar mas. Ya gitu, paling nggak suka kalo pas stop di barisan paling depan. Yang belakang udah pada klakson2, padahal mah masih merah

      Delete
  5. Hahah.. Di Medan, semua warna ya tetep maju.. :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak lama setelah itu, semua warnanya akan bermakna berhenti, beb. Karena pasti bakal macet

      Delete
    2. Hahah.. Macet uda biasaaaa.. :D

      Delete
  6. Bwahahaha Negara kita beda ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. hihi..
      Negara kita ini memang luar biasa :D

      Delete

Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims