Selayaknya anak rantau dari kampung yang kembali ke tanah rantau, kota yang ramai dengan segala aktivitas dan kesibukan. Lampu merah menjadi salah satu culture shock yang harus kembali dirasakan.
Kembali harus 'mengagumi ketertiban' para warga kota besar di jalan raya. Yang membuatku bingung apakah harus kagum atau justru mengelus dada karena sikap 'disiplin' mereka.
Kembali harus 'mengagumi ketertiban' para warga kota besar di jalan raya. Yang membuatku bingung apakah harus kagum atau justru mengelus dada karena sikap 'disiplin' mereka.
17 Comments
jangankan nunggu kuning. lampu masih angka berapa aja ud pada maju tuh motor
ReplyDeleteNah! Iya iya iya! Betul tuh qied. Kadang suka kesel juga, udah tepat berhenti di garis zebra cross, eh yang di belakang klakson2 aja nyuruh maju. Padahal masih 30 detik lagi
DeleteSpeechless
ReplyDeleteDi desa dongeng nggak begitu ya mbak?
Deletenggak ada
Deletemerah itu tetap stop lhoo ..haha
ReplyDeleteBetul mas. Semua warna juga nanti jadinya stop. Itu terjadi nggak lama setelah semuanya menganggap merah adalah jalan
Deletehahahhahaha sindiran kekekek....
ReplyDeleteHihi.. nggak merasa tersindir kan mas? :D
DeleteTapi tenang mas, insya Allah diluar sana masih banyak kok yang tertib akan peraturan rambu lalu lintas. me ? kadang masih ngelanggar kalau dalam keadaan kepepet :D
ReplyDeleteKadang aku juga jadi terpaksa melanggar mas. Ya gitu, paling nggak suka kalo pas stop di barisan paling depan. Yang belakang udah pada klakson2, padahal mah masih merah
DeleteHahah.. Di Medan, semua warna ya tetep maju.. :P
ReplyDeleteNggak lama setelah itu, semua warnanya akan bermakna berhenti, beb. Karena pasti bakal macet
DeleteHahah.. Macet uda biasaaaa.. :D
DeleteApalagi di Bogor, beb...
DeleteBwahahaha Negara kita beda ya
ReplyDeleteIya mbak.. hihi..
DeleteNegara kita ini memang luar biasa :D
Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims