Konsumen Adalah Raja: Jadi Raja Harus Bijak donk

Hari kedua puasa di Bulan Ramadhan. Kamu? Masih puasa?

Selamat menjalankan ibadah puasa yah buat semuanya. Semoga kita terus diberi kesehatan untuk beribadah di bulan suci ini

*dan aku, semoga diberi kekuatan untuk tetap konsisten nulis blog di bulan puasa ini

Mengawali barisan cerita di bulan puasa kali ini, aku mau sedikit share suatu yang aku lihat hari Jumat (27 Jun) lalu.

Waktu itu beberapa hari aku dibuat pusing gara-gara laptop-ku, si item - tiba-tiba sedikit error, gara-gara keisenganku sendiri. Modern apps di Windows 8.1 nggak bisa dibuka. Ada tanda silang kecil di setiap tile apps-nya. Sudah coba gugling, siapa tau ada cara benerinnya. Udah refresh beberapa kali tapi tetap nggak bisa. Akhirnya aku putuskan untuk datangin dealer tempat aku beli laptop itu. Awalnya sempet males bawa kesana karena ragu itu nggak masuk dalam klaim garansi. Jadi nekat aja ke dealer-nya.

Sampai disana, aku ceritakan semua kronologi sebelum si item rusak. Si mas-nya cuma ngangguk-ngangguk. Setelah meriksa sebentar, katanya ini bukan termasuk klaim garansi, tapi bisa dibantu benerin. Solusinya:
install ulang. Aku sih nggak masalah, yang penting bisa normal lagi, lega deh.

Saat si mas sibuk benerin si item, tiba-tiba masuk ibu-ibu 40 tahunan, berdua dengan anak gadisnya. Dia samperin mas-mas yang lain. Dari hasil aku menguping, aku tau itu ibu mau ambil handphone anak-nya yang dia klaim garansi. Dari hasil menguping juga, aku tau handphone itu rusak karena kemasukan air, anak si ibu yang bilang. Katanya, kerusakannya nggak bisa baca SD card atau kartu memory. Nggak lama, si ibu terima handphone yang kata si mas dealer udah diperbaiki. Si ibu dan anaknya pun keluar setelah serahin bukti pengambilan barang.

Si mas pun kembali mencumbu si item-ku...

Tapi tiba-tiba si ibu dan anaknya tadi datang lagi. Tapi dengan ekspresi berbeda. Dia marah-marah. Komplain gara-gara handphone yang baru dia ambil tadi jadi punya kerusakan lain, nggak bisa baca SIM card. Dia ngoceh-ngoceh ke si mas dealer. "Kemaren saya serahkan kesini masih bisa baca SIM card loh". Begitu kira-kira komplain si ibu.

Si mas dealer coba jelasin. Tapi mungkin karena udah keburu kecewa, si ibu nggak mau denger penjelasan si mas dealer. Dia tetap marah. Berulang kali dia bilang "konsumen adalah raja". Sampe akhirnya dia bilang, "Ini bukan pertama kali saya dapat perlakuan begini. Saya bisa tuntut ke pengadilan loh ya. Saya maunya handphone saya kembali normal seperti saat saya serahkan kesini"

Si mas dealer cuma pasrah. Aku tau dia pasti punya argumen kuat. Tapi kalah dengan si ibu yang katanya 'raja' itu.

Hmmm... Dear teman, di kasus ini aku mau berpihak ke mas-mas dealer yang malang itu. Aku kurang setuju dengan si ibu yang sepertinya 'melek' hukum itu...

Alasannya, simpel: Jika konsumen adalah raja, maka seharusnya ia bijak. Karena seorang raja sepatutnya berlaku bijak.

Jangan semata-mata karena alasan konsumen adalah raja, lalu konsumen dapat berlaku seenaknya dan menganggap dirinya selalu benar dan menang.

Pada kasus ini, aku pikir si ibu nggak berlaku bijak. Dia seenaknya menyalahkan dan menuduh pihak dealer telah merugikan dirinya. Padahal ada yang belum dipertimbangkan si ibu, faktor teknis. Si ibu aku kira nggak paham sepenuhnya faktor teknis kerusakan handphonenya. Dia kalap

Padahal si anak sebelumnya dengan polos bilang kalo handphone-nya kemasukan air, sehingga pembaca kartu memory-nya tidak bisa berfungsi normal. Kerusakan ini diklaim pihak service center sudah diperbaiki. Tapi karena ada kerusakan lain yang justru timbul, si ibu merasa pihak service center sudah bertindak curang. Padahal yah, andai si ibu tau, air adalah musuh utama hampir semua perangkat elektronik. Korosi pada komponen dalam adalah mimpi buruk setiap produk elektronik jika kemasukan air.

Ada kemungkinan, pada saat si ibu menyerahkan handphone ke dealer, untuk dibawa ke service center, kerusakannya hanya pada pembaca memory card. Komponen pembaca memery card terserang korosi. Pihak service center menerima keluhan, lalu memperbaiki barang sesuai dengan keluhan. Barang selesai diperbaiki, menurut service center sudah bisa diserahkan ke konsumen. Dan nggak menutup kemungkinan, korosi yang pada awalnya hanya menyerang pembaca memory card, lama kelamaan juga menyerang pembaca SIM card. Sehingga pada saat barang diambil si ibu, pembaca SIM card sudah nggak bisa berfungsi.

Dan ternyata, faktanya si ibu nggak menceritakan secara detail kronologi kerusakannya pada saat menyerahkan handphone-nya. Dia nggak bilang kalo hanphone-nya kemasukan air. Aku yakin pihak service center nggak berbuat curang. Mereka bekerja sesuai permintaan dan kronologis. Nggak sepantasnya mereka dituntut.

Si ibu, konsumen itu, sang Raja, sudah berpikir dan bertindak yang kurang bijak..

Gimana menurut kamu?

p.s.: mungkin ini analog dengan kasus klaim mal-praktek yang sering menimpa para ahli medis. Tapi aku nggak bisa kasih komentar untuk hal ini. Aku awam.. :D

*gambar dipinjam dari blogs.youknowwho.in

Post a Comment

31 Comments

  1. Aku setuju sama Abang.. :D

    Konsumen memang raja, dan selayaknya lah pula raja itu bertindak bijak.. Aku jarang sih jadi raja.. Seringnya jadi ratu.*eh*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya deh yang suka jadi ratu. Rajanya siapa tuh?

      Delete
    2. Rajanya masih belom ada.. Masih mencari.. Hiks :'(

      Delete
    3. Ouch.. maap, nggak bermaksud :)

      Ayo cemmungudth! =D

      Delete
    4. Rajanya belom siap naik tahta.. Bahahah.. :D

      Delete
    5. Ya gpp.. Lagian kalo udah ada Ratu kan nggak harus ada Raja :p

      Delete
    6. Ratunya jomblo.. Kasian.. :(

      Delete
    7. Ya makanya atuh buruan cari pangerannya :p

      Delete
    8. Ngga ada yang mau.. Hiks.. :'(

      Delete
    9. Tuh yang katanya mau dateng ke Medan.. :p

      Delete
    10. Hahah.. Bakalan launching :D

      Delete
    11. Launching buku? Kalian pada hebat yah ternyatah :D

      Delete
  2. setuju nih sama mbak Beby,biasa para konsumen menjadikan istilah "konsumen adalah raja" untuk terkadang berlaku tidak baik,padahal kalau di pikir dari mana aturan seperti itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asal muasalnya sih cuma prinsip dan moto untuk meningkatkan pelayanan produsen ke konsumen, untuk 'mengikat' dan menjaring lebih banyak konsumen. Tapi malah dimanfaatkan secara nggak tepat sama konsumen

      Delete
  3. judulnya ngena banget tuh. bijak adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu yang harus dimiliki untuk menjadi konsumen di negara indonesia ini

    ReplyDelete
  4. kalau model begitu konsumennya pasti adalah seorang raja yang diktator

    ReplyDelete
  5. ya betul mas, di tempat kita ini udah terpartern dipikiran klo pembeli adalah raja, dengan kata lain "suka-suka hatinya"...ya gimanapun harusnya saling menghargai antara pembeli dan penjual..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mas. Pembeli nggak boleh semena-mena minta dilayanin, penjual juga nggak boleh curang

      Delete
  6. Nah...2 minggu lalu ngalami kejadian yg bikin trauma. Pas lagi di tempat kursus, ada ibu2 datang triak2..gebrak meja..mukulin pengajar. Orang kira itu istrinya pengajar yg lagi ada masalah rumah tangga. Padahal masalahnya sepele, si ibu kecewa dg pelayanan si pengajar. Hebohnya kayak ada apa aja.

    ReplyDelete
  7. yah,,kalau menurut ku si ibu harus bilang secara jelas apa saja yg dikeluhkan,,jangan langsung nyodorin gitu saja,,aku aja terkadang nggak tau apa yg harus kita lakukan,,,yah,,buk,,ngomong dari awal donk,,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kyknya sih yang salah anaknya. Itu si ibu nggak dikasih tau anaknya kalo hapenya kemasukan air... Tapi emang si ibu nggak mau ngalah, nggak mau merasa salah.. jadinya ya begitu

      Delete
  8. HP ku perna tiba2 muncul garis hitam, langsung aku bawa ke service center dan di suruh rawat inap paling lama 1 bulan. Ok lah hp 1 bulan disana trus di ganti baru, waktu di ganti baru kita cek sama2 dan muncul masalah sinyal nya ilang muncul dan aku nolak hp itu tapi akhirnya di kasih tau kalo jaringan mmg lagi error. Yo wes akhir nya HP aku bawa pulang dan beberapa hari tetep aja sinyal ilang timbul dan aku komplain lagi di suru ganti kartu dll.

    Ujung2 nya disuruh service lagi, bisa sebulan lagi ??? langsung naik darah, aku minta ketemu manager store cs nya, tapi ngak diinjinkan. Aku tunguin tuch CS nya sampai 3 jam, gw duduk depan nya ngak mau minggir sampai manager nya muncul atau gw dapat HP penganti.

    Akhirnya mereka menyerah juga, gw dikasih hp penganti selama hp gw di service ulang. Inti nya ngak usah marah2 tapi gunakan cara2 yg cara2 yg cerdas untuk komplain :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah! Setuju bang. Pastiin kita tau kronologinya, dan tau faktor teknisnya. Jangan asal marah aja

      Delete
  9. Susah juga ya kalau punya konsumen seperti ibu itu , kasihan rajanya jadi disalahkan hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi.. biarin.. lagian kyknya emang salah kok ^_^

      Delete
  10. kebanyakan orang ngertinya jadi raja itu harus diistimewakan tanpa mengerti kalau jadi raja itu perlu bijak :D
    poin tulisannya dapet banget nih mas, bagus (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeay! Penjualnya jg kudu bijak kok.. Intinya mah sama-sama ngertiin aja =D

      Delete
  11. iya mas betul sekali, selama saya jadi pedagang sudah biasa melayani konsumen yang cerewet, tapi saya anggap tantangan tersendiri karena untuk sukses dalam berdagang kita harus bisa mendapatkan tempat di hati pembeli, bukan mengincar uangnya demi mendapatkan komisi.

    ReplyDelete

Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims