Dinda yang lain (bukan ibu hamil)

Dua hari yang lalu, aku baru bikin cerita pendek tentang Dinda. Cerita yang aku bikin dengan tujuan "mencolek" oknum calon anggota legislatif yang belum punya sikap siap terima kekalahan.


Tapi ternyata di waktu yang hampir bersamaan, nama "Dinda" memang lagi hits. Dinda lagi ngetop, ngetopnya nasional pula. Pasti tau donk?

Iya, Dinda yang katanya kurang punya empati sama ibu hamil.

Coba aja gugling nama "Dinda". Semua media rebutan ngebahas si Dinda. Lah trus Dinda yang 10 tahun yang jago catur yang aku tulis? Kebetulan banget kan?

Nah kali ini aku mau ngomongin Dinda yang lain ini, yang di KRL, yang temennya ibu hamil, yang punya akun Path, bukan yang jago catur.


Dear narablog sekalian, aku setuju sama kalian semua. Sikap Dinda kurang tepat. Dinda kurang berempati. Yah sebenernya kasus kyk gini mah banyak terjadi dimana-mana. Objeknya bukan cuma ibu hamil, ada juga anak kecil, orang tua, penyandang disabilitas, dll. Tapi kok aku kurang setuju dengan cara kita memperlakukan si Dinda ini ya?

Bukan bermaksud kasih pembelaan untuk Dinda. Bukan juga bermaksud membenarkan sikap Dinda. Tapi kok ya aku mikirnya yang kita lakuin itu agak berlebihan gitu loh.

Oke lah kita boleh bilang Dinda salah. Tapi apakah tindakan kita menyebarkan screenshoot percakapannya di medsos, sampai akhirnya semua mata se-Indonesia tau, lalu menyerang dan membully Dinda dengan begitu kasarnya, apakah itu tepat? Bahkan ada yang sampe menjadi parodi dalam bentuk meme.

Well emang ada yang bilang, segala sesuatu yang sudah dilepas ke ranah publik adalah milik publik, termasuk di media sosial. Lah trus emang prinsip itu bisa dipake untuk jadi pembenaran kita membully Dinda dengan menyebarkan screenshoot kata-katanya? Nggak gitu loh.

Yang mengejutkan gini. Awalnya kan Dinda ngepos statusnya itu di Path. Setau aku nih ya, Path itu punya sistem pertemanan yang agak tertutup. Cuma temen-temennya aja yang bisa ngeliat statusnya si Dinda. Lah trus siapa yang membuat screenshoot itu? Cuma "temen-temennya" Dinda aja. Ya, aja. If you know what I mean...

Aku sih mikirnya kita masih belum paham sama yang namanya nettiquette. Itu tuh, etika berinternet. Status Dinda dan screenshootnya bisa dibilang privasi. Nggak sepatutnya disebarluaskan begitu (kecuali status aku yang aku pampang di atas, hehe). Nggak sepatutnya juga kita ngebully Dinda dengan begitu "buasnya" (sorry to say). Tau nggak? Itu sama aja dengan main hakim sendiri. Sering dong liat pencuri yang babak belur dipukulin massa. Ya, yang kita lakuin ke Dinda juga begitu. Bahkan bisa dibilang, kita membunuh karakter Dinda. Ih, kasian yah..

Masih inget donk dengan Vicky Prastyo yang heboh gara-gara bahasa Inggrisnya yang "kurang bagus". Ada juga kasus lain yang melibatkan artis-artis lain. Kok kyknya kita seneng banget ngebully mereka yang salah ya? Kyknya puas banget gitu loh.

So, please. Kita boleh kesel, kita boleh dongkol, kita boleh marah. Aku juga kesel, aku juga dongkol, aku juga marah. Tapi guys, bukan begitu caranya. Berinternet juga ada etikanya. Cukuplah kita ngingetin, nasehatin, kasih tau. Jangan dibully.

Kabar terakhir, yang bersangkutan udah minta maaf loh. Dia ngaku khilaf. Tapi aku yakin dia tertekan. Karakternya nyaris mati, gara-gara kita.

So, masih mau ngebully? jangan lagi yah.. :-)

Post a Comment

17 Comments

  1. Sebenarnyaaaa..
    Ngasih shock terapi itu boleh.. Karena memang ada beberapa karakter orang yang harus kena dulu baru bisa nyadar. Dan betul Bang, kalo sesuatu yang uda dipublish dan jadi bagian dari internet, ya resiko buat dibully itu besar. Apalagi ngomongnya seperti itu dan dia (kelak) pun akan menjadi seorang ibu, kalo dia mau..

    Tapi memang kan ya, sekarang ini ngomong apapun di internet emang beresiko kok. Kayak kasus Prita yang 'cuma' tujuan curhat tapi malah masuk penjara, dan beberapa kasus lainnya. Ngga peduli lagi emosi kek, khilaf kek, jadi tiada maaf gitu karena uda mencerminkan citra yang buruk. Aku liat dia juga ngobrol sama temennya cuma buat gunjingin ibu hamil yg minta tempat duduk. Uda berlebihan lah keknya.

    IMHO, apa yang kita tabur maka itulah yang kita tuai. Kalo akhirnya Dinda ngerasa tertekan karena sempat ngoceh yang jelek-jelek, seharusnya dia siap buat nerima segala resikonya. Gimana kalo sampe ibu hamil yg suka minta tempat duduk orang (bukan hanya ke Dinda) sampe tau? Ibu hamil itu kan tingkat stressnya jauh lebih tinggi Bang, besar kemungkinan bisa stress dan berpengaruh sama kesehatannya. Layak ngga sih? Jadi ku pikir kalo dia mau dihargai ya harus ngehargai orang lain dulu.

    ReplyDelete
  2. thats it!
    Aku tau rasanya andai ibu hamil itu baca status Dinda. Tapi siapa sebenernya yg nyebarin status Dinda sampe hebohnya tingkat nasional? Kita

    Secara nggak langsung kita ikut nyodorin si ibu hamil dengan kata2 kurang pantas dari statusnya Dinda

    Mungkin lebih baik Dinda nggak perlu ngoceh segala sesuatu di medsos, temen2nya juga nggak perlu iseng nyebarin screenshootnya, kita juga nggak perlu heboh ngebully, yang akhirnya media jadi girang gara gara dapet makanan renyah

    Aku nggak ngebelain Dinda kok beb :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha yang bilang Abang ngebelain Dinda tuh sopo? :p

      Iya bener, yang bikin ibu hamil jadi kepo tentang Dinda ya karena pemberitaan media dan orang-orang yang nyebarin infonya. Kayak lingkaran setan deh, ngga ada abisnya..

      Delete
    2. Hoho.. ngeri ye beb, pake setan2an gitu.. :-P

      Delete
  3. Dinda ... di manakah kau berada ? .. malah nyanyi :D

    Dinda skrg jd ngetop Dong ya? walau negatif ?

    postingan di sini juga jd ngetop :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha.. mbak El.. itu lagunya Chrisye bukan mbak?

      Delete
  4. ngeri juga sih,,aku sering marah2 di path atau twitter..hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayoh loh mbak... aku juga sering ngomel-ngomel sih di twitter. Sasaran aku sih biasanya para pengguna jalan yang kian hari kian nggak teratur :-D

      Delete
  5. Yup, benar sekali teman. sesuatu jangan dinilai dari luarnya saja.

    Orang yang arif dan bijak adalah orang yang tau menempatkan sesuatu pada tempatnya.

    Salam kenal dari kami Mas Arif

    ReplyDelete
  6. dinda oh dinda...hehehe...
    salam kenal kang. kunjubgan perdana abdi nih...hehege salam silaturahmi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga kang :-D
      Semoga berkesan yah kunjungannya

      Delete
  7. pada intinya ..internet itu bagaikan sebuah pisau silet..yang kedua sisinya sama tajamnya...jadi kalau orang sudah bermain di media social...maka dia harus siap dengan konsekuensi,,,akan memperoleh perlakuan yg semacam itu....screenshoot-nya bakalan disebarluas...bial membuat statement yang dianggap menyimpang...memang tidak semua orang bersikap demikian...namun tidak semua juga orang mau menerima sikap yg diperlihatkan dinda.....jadi berhati2lah selalu bila mengeluarkan pernyataan di media sosial....ingat ada pepatah yang mengatakan...MULUTMU ADALAH HARIMAU-MU
    keep happy blogging always,,,salam dari makassar :-)

    ReplyDelete
  8. Aku menghargai kedewasaan arif dalam berpikir, maksudnya dalam 'memandang' 'Dinda secara objektif. Dinda memang tidak seharusnya membuat status ataupun menuangkan kekesalannya seperti itu di media sosial. Tentu saja, namanya juga media sosial, ada sedikit yang 'keluar' dari batasnya, tentu akan cepat booming.
    Jadi, sepakat denganmu, nettiquette!
    btw, suka dengan thema peringatan World Earth Day-mu! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas. Sangat disayangkan memang. Kadang aku sendiri juga begitu sih mas. Kyknya perlu kontrol

      Delete

Dear teman. Silakan berkomentar. Tapi khusus untuk post yang telah terbit > 7 hari, mohon maaf komentar kamu nggak langsung muncul, karena harus dimoderasi. Trims