China Vs Islam

China dan Islam, sepintas keduanya mengusung perbedaan demi perbedaan yang saling bertolak belakang. Kontras. Namun begitu, adakah persamaan di antara China dan Islam? Ternyata ada, menurut saya.

Misalnya saja, berasal dari Timur keduanya sama-sama menghargai agama, sama-sama menghormati leluhur, keluarga, dan orang tua, sama-sama mematuhi suami, sama-sama berhasrat akan ilmu pengetahuan, dan sama-sama berhasrat akan perdagangan. Tidak perlu diragukan lagi, inilah nilai-nilai dasar yang melekat erat pada keduanya. Kendati kemudian sebagian mulai luntur.

Bukan cuma itu. Jarang orang tahu, dahulu kala ternyata hubungan keduanya –China dan Islam– amatlah mesra. Contohnya saja, perdagangan di Jalur Sutra yang melibatkan orang Chinese dan orang Arab secara intens. Malah, ada pepatah Arab yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” Meskipun makna sejati dari pepatah ini adalah, “Tuntutlah ilmu walau jauh sekalipun.”

Yang unik dan menggelitik, selanjutnya pedagang-pedagang dari China ini membawa masuk agama Islam ke Indonesia –bersama-sama dengan pedagang-pedagang dari Timur Tengah dan India. Bukan kebetulan, mereka semua lebih dahulu menganut agama Islam.

Maka muncullah nama Laksamana Chengho, seorang pejuang Islam, dalam sejarah Indonesia. Berdiri pula beberapa masjid di Indonesia yang atapnya bersegi delapan. Masih di Indonesia, hadir pula kampung China yang hampir selalu bersebelah-sebelahan dengan kampung Arab. Bahkan baju koko dan kopiah koko yang jelas-jelas asal-usulnya dari China kini ‘resmi’ dianggap sebagai baju Muslim Indonesia.

Sudah semestinya, Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi falsafah 'rahmat semesta alam' mampu hidup berdampingan dengan umat dan etnis manapun, termasuk dengan etnis Chinese. Setuju?




www.ipphosantosa.com
Penulis "Muhammad sebagai Pedagang: Rahasia Kekayaan Nabi"

Post a Comment

0 Comments